Wednesday 18 July 2018

"Everyone Deserves for Their Second Chance, You Too"



Life Cycle Depends on How You Builds in/with
Tulisan ini kepikiran ketika ngerjain tugas akhir di tempat makan, tengah malem. Maafin banget kalau keliatannya aku jadi orang bijak seketika.

Jadi gini….

Sering banget akhir-akhir ini dapet curhatan mengenai ‘pernikahan’. Well, ga bisa dipungkiri kalau ini sudah menjadi sensitif isu bagi kalangan anak muda sekarang. Sebenernya sensitif tidaknya itu bergantung pada anak muda itu sendiri. Ada temen yang tiba-tiba agak mengurung diri dan sendiri aja karena temen-temennya udah pada ada calon misalnya. Some of  them mengurung diri karena ga mau dapet ‘boomerang’ kalau diskusi ketika nongkrong yang dibahas adalah nikah.

Sering juga sebagai mahasiswa tingkat akhir aku juga dapet curhatan tentang bagaimana mengerjakan tugas akhir disaat yang lain sudah wisuda dan pun ini bisa jadi boomerang. Al hasil, some of them kayak gugup. Meskipun ya banyak juga yang jadi terpacu semangatnya ketika ada kawannya yang sudah step ahead.

Atau

Ketika beberapa dari kalian yang tetiba minder sama temen sendiri karena misalnya si temen sudah achieve pekerjaan yang ‘baik’ atau temen lolos konferensi kemana gitu. They pursuing what they want, but the time said not yet.

Bahkan

Ketika sudah bekerja namun, konon gaji tidak sesuai dengan pekerjaan yang diberikan. Harus menaruh ‘banyak muka’ sehingga membuat kita tidak menjadi diri sendiri. Bingung memposisikan idealis yang dimiliki. Pernah mengalami?

Me acts as an (silent) observer. will try to deliver my views

Gini, aku coba kasih pandanganku mengenai kasus itu dan umumnya agar kita lebih pede sama siklus yang kita jalanin. Semoga bermanfaat ….

1.      Keep sharing. Pertama, kita harus berbagi cerita yang kita rasakan kepada siapapun. Even kita cerita kepada diri sendiri, kalau kita memang mengharuskan itu menjadi rahasia diri sendiri saja. Atau entah hanya satu orang saja yang menjadi tempat kita mengeluarkan uneg-uneg, itu harus ada. Entah kepada orang yang dikenal atau tidak dikenal. Bebas. Jangan dipendam ya J

2.      Keep valuing. Coba kita tetap menghargai. Kita hargai jerih payah kita ketika kita mencoba memperbaiki diri tetapi kita belum waktunya mendapatkan jodoh. Menghargai diri sendiri ketika kita kerja lembur berjuang di akademik. Menghargai orang sekitar yang mereka masih ada untuk kita ketika kita sering melupakan mereka. Menghargai mereka yang merendahkan kita, karena itu bentuk perhatian mereka ke kita. Menghargai keluarga yang senantiasa mengirimkan doa dimanapun mereka berada. Menghargai kesempatan yang belum dimiliki karena masih banyak yang belum tahu mengenai kesempatan itu. Kita masih diberi waktu, akses, fasilitas yang mendukung kita untuk melihat dunia. Hargailah terlebih dahulu.

3.      Negosiasi kepada diri sendiri. Tahu sebab akibat. Analisis lagi. Hal apa yang musti kita perbaiki/pelajari. Sikap bagaimana yang seharusnya kita tunjukkan sebagai respon.

4.      Stabil. Membentuk pola diri. Paham kapan tegas kepada diri dan sekitar.

5.      Tarik napas. Get away, listens to your own. Faktanya kita tidak bisa menyamakan frekuensi orang lain adalah sama terhadap frekuensi kita. Kita tidak bisa membandingkan jalan hidup kita harus semestinya sesuai dengan rencana kita. Loyal terhadap waktu dan fleksibel terhadap respon yang kita lakukan. Manusia berdinamika. Yang baik tidak selamanya baik dan yang buruk tidak selamanya buruk. Manusia pasti ada sikap cacatnya. Hargailah. Terima. Everyone deserves for their second chance, you too.

6.      Social influence. Mulailah dari diri sendiri bagaimana kamu ingin menjadi dan bagaimana lingkungan yang kamu harapkan, mulai dari diri sendiri. Tetap harus berani tapi harus dibalut dengan sikap lembut dan ramah.

 

Nah itu mungkin sedikit bisa menjadi renungan untuk kita semua. Karena bagaimana cara kita memandang itu menentukan sekali agak siklus hidup yang akan atau sedang kita jalani. Kita yang paham tentang diri kita, jadi kita yang paham bagaimana sikap untuk membentuk diri kita. Yang kita suka kaget diawal ketika baru ‘pengalaman pertama’ merasakan cases dalam hidup. Tidak apa kaget. Sikap kita yang mendewasakan diri kita. Terima perubahan, termasuk perubahan yang ada pada diri kita juga lingkungan.