Sunday 25 September 2016

Ketika Dilakukan dalam Sekali Dayung

Selanjutnya, semenjak tahun kedua kuliah rutinitas pagi berangsur tersusun rapi. Saya ambil kerja sampingan disamping kegiatan kuliah dan organisasi. Awal mula adaptasi dengan kegiatan yang bersamaan tersebut butuh kerja keras, sempat beberapa diagnosa sakit menerpa karena pola hidup masih berantakan. Atau yang tiba-tiba demam ketika malam hari, dan mimisan ketika pagi hari sudah tidak menjadi hal yang mengejutkan. Mulai diagnosa ISPA, jantung, alergi dingin, hingga asam urat yang wajarnya itu adalah 'penyakit tua'. Bak tusukan jarum dari dalam ketika sedang kambuh. Ahhh, yang paham asam urat pasti tau lah ya. Pelajaran yang ambil pada tahun kedua kuliah, ambisius yang menyetir perjuangan hidup hendaknya dilengkapi dengan pola yang baik pula hingga selanjutnya kita bisa menjadi teladan yang tidak hanya peduli dengan lingkungan sekitar, namun juga peduli dengan diri sendiri. 

Semester 3 dan semester 4 nilai IPK meningkat walau tidak melejit. Secara berkala dan berproses pula. Sempat mengeluh, bingung, dan akhirnya harus menyiapkan strategi untuk menghadapinya. Yaps, masalah hakikatnya memang datang dengan solusi, ketika sadar hal itu dalam keadaan panik pun kita menjadi tenang. Sangat bersyukur keadaan berangsur membaik. Teringat ketika semester awal yang sempat hanya menganggarkan Rp.5000,- untuk makan per hari dan dengan fasilitas kamar kosan yang sangat minim dan kegiatan yang banyak. Kawan sejawat menyuruh saya untuk menjebolkan kisah ini menjadi buku (been thinking hardly to make it come true)

.........

Ketika Dilakukan dalam Sekali Dayung 


"Pika, kumaha damang? Kemana wae atuh?"

Pertanyaan yang membuat saya semakin bertanya kepada diri sendiri, ohh berarti selama ini saya pergi ya. Padahal saya masih disini saja. Terlebih saya masih juga bertemu dengan banyak orang. Mungkin mereka yang menanyakan seperti itu adalah yang memang menantikan kehadiran saya (kembali). Kehadiran seperti apa yang diharapkan?
*Di Jatinangor saat ini hujan, saya semakin menikmati menulis ini*

Dosen kampus saya pernah berkata, hakikatnya manusia itu dinamis sifatnya dan memiliki jati diri lebih dari satu. Jati diri sesungguhnya adalah ketika kita sendiri.  

Setuju? 

Pernyataan seperti itu kemudian berubah dari pertanyaan kepada diri sendiri. Apakah saya mengalami dinamika? Dinamika yang saya buat skenario sendiri atau datang secara alami? Dinamika itu datang dari mana. Well, I'm trying to be a (good) thinker. 

Banyak waktu yang saya habiskan untuk bekerja, bertemu dengan teman dalam suatu organisasi, bertemu relasi, calon klien, klien, bertemu keluarga, dan dalam waktu yang bersamaan saya penikmat suasanan perjalanan dalam berkendara entah itu naik kereta, bis, atau yang lainnya. Sebelum dan setelah bertemu orang saya selalu berpikir mengenai jati diri kepada masing-masing orang dan bertanya siapa yang mau menerima jati diri saya sesungguhnya? *silakan dijawab* 
Semua terangkum dalam detik yang tak terasa detik berubah berubah menjadi hitungan hari. Membicarakan mengenai hakikat dinamika bukanlah suatu hal yang tuntas seketika ketika dibahas. Orang yang awalnya baik kemudian bisa berubah menjadi jahat, kita tidak bisa menjamin keberadaannya. 

Saya rasa sosok yang mau menerima jati diri kita sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Sehingga sangat disayangkan ketika diri kita berbuat salah kita tidak mampu menerimanya dan tidak mau memperbaikinya. Lantas kita biarkan saja hidup dalam raga tanpa jiwa. 

Merudung kabar gembira dan sedih dalam satu waktu, dan tidak dituntut kita untuk mencampur adukkan perasaan gembira dan sedih dalam tempat yang berbeda. Sering kita sebut, profesionalitas. Namun, tak bisa dipungkiri kita butuh sandaran bahu untuk mendengarkan peluh dan membangkitkan nilai positif dalam prinsip kehidupan. Karena kita bukan robot, kita memiliki hati yang selalu memainkan perannya. Tugas kita adalah membiarkan hati itu bermain dengan perannya dan mengontrolnya. 

Ahh, waktu berjalan begitu cepat. Seakan sudah lama tak berjumpa, satu orang, dua orang, tiga orang mulai menanyakan kabar. Dan beberapa mengirimkan pesan kabar. 

Pengalaman penolakan tidak hanya sekali dua kali, bahkan pun karena asumsi orang yang mengatakan bahwa saya sibuk. Sebenarnya sibuk bukan alasan, sibuk kalau dari kita bisa memprioritaskan pekerjaan selesai. 

Ketika dilakukan dalam sekali dayung, antara mencari nafkah untuk hidup, kuliah di kampus, dan organisasi di universitas kehidupan akan banyak resiko yang dihadapi. Pun bisa jadi kesehatan menjadi resikonya atau bahkan waktu luang bersama keluarga kurang. Bahkan, kita dituntut berpikir dalam setiap detailnya ketika mata mulai terbuka pertama dari bangun tidur. Lantas, menurut saya disini kecerdasan emosional yang mulai dilatih. Bagaimana mengontrol emosional, menjaga diri agar bisa disukai banyak orang, bisa menjaga rahasia teman, juga mencintai diri sendiri. 




Sekian, 

Sayap kecil 
25 Sept 2016 15.19 WIB

Wednesday 15 June 2016

Baju Lukis Unik dan Nyaman Dikenakan



Hallo good people!
Saat ini dunia semakin menjejaki ke era modern yang serba canggih dan semakin kreatif. Dari sepatu lukis hingga baju lukis sekarang sudah menjadi hasil kreasi para pelaku UKM, mas Djarot lukis salah satunya. Motivasi pertama membuka usaha baju lukis ini diawali dari pengamatannya bahwa baju merupakan pakaian yang multi fungsi dan konsumen selalu mengikuti era dalam minatnya, mereka selalu ingin suatu yang unik, baru, dan kreatif. Bahkan baju yang dilukis bisa menjadi media untuk mencurahkan seni dan menyampaikan makna keindahan.

 Foto diambil oleh Ceu Dien pada Rabu, 15 Juni 2016
Seperti namanya, baju lukis adalah baju yang terdapat desain lukisan pada baju tersebut yang dibuat dengan cara manual dan bantuan airbrush. Yang memberdakan baju lukis ini dengan baju sablon tentunya terletak pada teknik pengerjaannya. Sedangkan untuk cat atau bahanpembuatan desain, kaos lukis juga sering menggunakan cat non rubber. Tidak mau kalah, kaos lukis juga menampilkan desain menarik dan unik seperti baju sablon, baik berupa tulisan, gambar, sketsa wajah, karikatur lucu, dan lainnya. Dengan teknik yang penuh gerakan jari seni ini hasilnya tentu sangat terkesan mewah dan berkualitas. Cat yang digunakan pun juga tidak luntur dan tahan lama. Tekstur dari baju ini tidak rata seperti hasil sablon dan tidak menggumpal pada bagian lukisannya. Sangat anggun dikenakan dan nyaman tentunya.  
 Foto diambil oleh Ceu Dien pada Rabu 15 Juni 2016
Meskipun dibuat dengan teknik  yang dikatakan cukup rumit yaitu melalui melukis manual dan banyak membutuhkan waktu, untuk perawatan baju lukis ini sama sekali tidak rumit dan tidak jauh berbeda dengan baju sablon atau lainnya. Namun biasanya untuk menjaga lukisan agar tetap awet, hindari menyikat pada bagian gambar ketika mencuci dan juga jangan menyetrika pada bagian gambar. Trik ketika menyetrika sebaiknya baju dibalik terlebih dahulu sehingga baju tetap tidak kusut dan terlihat tetap rapi.

Baju lukis ini cukup mudah kita dapatkan, terutama di daerah Bandung. Biasanya dijual sekitar 150 ribu hingga 200 ribu per biji. Cara mendapatkannya pun sekarang sudah bisa online karena memang kreativitas harus mengikuti perkembangan zaman di era digital ini bukan?
Foto diambil oleh Ceu Dien pada 15 Juni 2016

Salah satu pengusaha yang saya percaya hasil juga kualitasnya di baju lukis ini adalah mas Djarot. Prioritas utama saya selain keindahan dari baju saya juga sangat  mempertimbangkan bahannya nyaman untuk dikenakan dan saya sangat betah mengenakan baju lukis hasil karya mas Djarot ini. Lokasi pembuatan baju lukisnya di daerah Banjaran, Bandung, Jawa Barat. Mas Djarot melalui jari kreatifnya juga membuat desain lain sesuai dengan permintaan kita, seperti sketsa wajah dan gambar lainnya. Sangat saya rekomendasikan untuk teman-teman yang suka dengan kreativitas dan keunikan. Pas banget apalagi kalau kalian mau memberikan hadiah kepada ibu, adik, keluarga, atau teman. O ya, kalau mau menghubungi mas Djarot bisa langsung ke facebooknya ‘Mas Djarot Lukis’ atau via WhatsApp di +62852-2425-7897.

Let’s having original ideas which have values.  
Have a great day good people!

Cheers

Monday 9 May 2016

Tangan Tuhan masih 'Bekerja'


Saya coba sekali lagi, dengan segala upaya kemudian saya mengatakan saya berhasil kali ini. Meskipun yang terpampang nama saya tidak disebutkan. Tapi Tuhan membisikkan kebahagiaan.

Lelah, tapi prestasi baru sudah saya buat. Berani melawan ketakutan dan menantang untuk melampaui diri. Saya menangis namun percayalah saya baik-baik saja. Karena air mata ini menjadi titik langkah awal kembali dengan energi yang positif, baru, dan lebih mantap kemana arah yang seharusnya tertuju untuk masa depan di dunia ini.

I’m a young lady, officially turned into 2* years old in this 7th May 2016. (Aaaakkkk tua. hahaha)

Saya mau mencoba menulis segala hal yang saya rasakah, alasan melangkah maju atau mundur, atau bahkan berhenti sejenak. Apa yang saya tulis bisa jadi orang yang membaca pernah atau sedang mengalami hal yang sama dengan saya, dan percayalah bahwa apa yang kita jalani saat ini bukan ‘too much’ God always said that it is ‘enough’ for us. Jangan ragukan itu. Jangan malu ketika mengeluarkan air mata di depan orang lain, tapi tetaplah pasang jiwa ‘pantang menyerah’ dalam hati kecil, as a fuels, life booster, and the power indeed.

Lama sekali saya tidak bercerita, mau menceritakan namun takut ini terlalu pribadi untuk diceritakan. Saya akan memulai dari refleksi saya dua tahun terakhir, tantangan dan fever pitch.
1. Saya bertemu banyak sahabat dari Sabang-Merauke semenjak tahun 2013. Mengajarkan saya bahwa ternyata ada loh ‘saudara ketemu gede’ itu. Pribadi SMA saya yang agak pendiam dan tertutup perlahan mulai bisa dan berani untuk berkata, berpendapat, bergerak, dan tentunya lebih berani untuk menjadi diri sendiri.
2. I’m a student and I’m a freelancer. Saat ini masih kuliah semester 4 di Universitas Padjadjaran dan sebagai digital marketing dari UKM2 di Jakarta
3. Soon to be creative-sociopreneur! Apa ya? Jadi saya sudah mulai belajar untuk menjadi penjahit, dari uang gaji saya mengumpulkan modal untuk mulai wirausaha
4. Enggak minta uang ke orang tua. Some this might sounds great, karena menjadi mandiri bisa jadi idaman. However, saya mandiri berawal dari keterpaksaan untuk melampaui diri, bertahan hidup di tanah rantauan, dan agar tetap bisa menjalankan passion untuk berbagi. Thanks a lot untuk para kakak2 yang ketemu gede, kak Windi, kak Isra, kak Depay, Teh Rina, kak Rita, kak Teguh, kak Vino, kak Agustina, bg Az, kak Dini Fitria, dan kakak2 lainnya yang menjadi penguat dan memberikan power tersendiri untuk selalu ‘move on’ (pindah) dalam artian perasaan, mimpi, karya, dsb. Para mentor kece dari Sahabat Pulau dan GMB ^^
5. Finally, saya berhasil untuk berani berkata ‘NO’ atas beberapa tawaran. Sangat penting menurut saya ketika kita berani tidak berarti kita berani pula untuk memertahankan apa yang harus kita pertahankan untuk menjadi prioritas. Singkatnya ditawari jabatan dalam organisasi di kampus. Sebaliknya, jika kita sudah berkata 'YES' we should know that we need to keep our commitment, consistency, and consequences. Kita bebas memilih, orang bebas memberikan saran. The one thing that we need to know, jangan lupa untuk melibatkan hati kecil dalam pengambilan keputusan, even keputusan yang penuh dengan logika sekalipun. I’m a great believer, bahwa hati kecil tidak pernah salah.
6. I’m ready. Yaps, setelah sekian saya berhenti sejenak, merenungi dan mencoba menggambar masa depan mau seperti apa, saya harus lebih siap ‘kembali ke kulit’. Alhamdulillah, saya sekarang jauh bisa mengenal diri saya, berikut kapasitas saya sehingga saya tidak sembrono dan asal bilang ‘iya’ ketika diberi tugas atau amanah. Hehehe
7. Organisasi dalam kampus? Duhh, saya kupu-kupu nih :p Tapi tidak apa kita menjadi kupu-kupu sekarang, asal kita tahu langkap untuk memilih, toh bisa jadi gaya ngampus kita adalah strategi kita raih cita-cita bukan? Waktu senggang saya gunakan untuk pelatihan intens via online, sepeti tentang public speaking, bahasa ingris, menjahit, bertemu teman dan bekerja. Hehehehe
8. Tiga client saat ini. Alhamdulillah
9. Fokus untuk selanjutnya : Bisnis (to upgrading both my personally and professionally skills), apply for exchange (dengan lambang Garuda dan atas nama Indonesia), volunteering (cause I’m passionate in community development) dan kuliah (kuy, cepet lulus deh mbak Pika)

(to be continued)


Sunday 3 April 2016

Kenapa Ibu Rumah Tangga?

Singkat cerita
..........
Encouraging para ibu rumah tangga itu ada adalah salah satu mimpi saya. Kenapa saya daftarkan dalam salah satu daftar mimpi?
Termotivasi dari pengalaman pribadi, kekerasan keluarga ketika kecil, saya ingin perempuan itu menjadi ibu yang mandiri. Mandiri bukan berarti tidak membutuhkan peran seorang imam (dalam hal ini suami). Tidak. Mandiri dan ingat kodrat (posisi perempuan). Lihat, para istri rasul.. Khodijah misalnya. Seorang perempuan pengusaha yang mandiri dan bisa patuh serta taat pada imamnya. Bukankah kita juga wajib meneladani kehidupan rasul?
Feminis? emansipasi?
Bukan. Hanya mau membuktikan dan berusaha menunjukkan bahwa memang alqur'an itu sudah mengangkat derajat perempuan. Saya pernah memiliki cita tidak ingin menikah, bergerak di dunia karir saja, tidak percaya dan tidak mau percaya dengan ikhwan. I were in that position.
Pergi (melarikan diri untuk hijrah) kesana kemari untuk menghibur diri. Tapi ternyata saya menemukan hidayah yang begitu besar untuk diilhami dan renungi.
Alhamdulillah
Sekarang saya mulai paham mengapa menikah itu ibadah. Dan mendukung para ibu rumah tangga untuk bergerak mengarungi sembilan dari sepuluh pintu rejeki (pengusaha) mudah-mudahan bisa menjadi ladang amal bagi saya.
Semua ini saya rasakan sebagai keajaiban dari apa yang kelihatan di kepala ini, jilbab yang menuntun jalan berpikir, hati yang melengkapi dan pengingat ketika salah.
Barakallah untuk kita semua :)


Jakarta-Bandung, 03 April 2016
Love,
Sayap kecil

Tuesday 1 March 2016

Melati dan Cermin

Ternyata Tuhan sangat cepat mengabulkan do’a si Melati. Bahkan berikut dengan kemungkinan terburuk Tuhan sudah menyiapkan sandaran untuknya.. Hiburan dari hati untuk diri sendiri bak buaian semata dan hanya sebagai pengalihan sementara. Faktanya sosok cermin itu sekarang sudah menemukan pelabuhan untuk hatinya. Kala mendengar berita itu Melati tak menangis, namun badan rasa ngilu dan menggigil. Kali ini Melati ingin menyampaikan dari sesungguhnya hati yang dengan air mata ikut menyelimutinya. Air mata bahagia atau sedih, dia tak tahu hanya sekarang dan dan berusaha netral saja agar tak ada yang tersakiti satu sama lain.

Sang Pencipta menciptakan malam dengan segala keistimewaannya. Sunyi dan senyap yang menjadi saat tepat curahan hati. Sepertiga malam disaat masih banyak yang terlelap, Melati sibuk berbisik dengan kata hatinya.

Melati ternyata mulai merasakan arti kehilangan….

Menerima itu mudah. Terlarut dalam sedih atau bangkit adalah sebuah pilihan. Menangislah dan dekap semua dalam do’a lalu bangkit”

Jika jatuh cinta adalah sebuah pilihan tentunya Melati tak akan memilih tuk jatuh cinta. Namun (mungkin) jatu cinta datang secara alamiah, tiba-tiba karena beberapa alasan. Jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri (katanya). Benarkah? Mungkin itu juga yang menjadi alasan para muda mudi “menyerah” menghadapi hidup.

Melati ternyata mulai merasakan arti kehilangan…. Allah yang Maha Mengetahui dan segala kan indah pada waktunya. Pun disaat kehilangan kita akan menemukan suatu hal yang lebih indah.


Semangat Melati! 

Jatinangor, 01 Maret 2016

With love,
Sayap kecil



Wednesday 24 February 2016

Saturday 13 February 2016

"Dan keajaiban itu kembali terjadi....."

Dibayarpun tidak, dihargai belum tentu, dicaci bahkan menjadi sapaan harian. Lantas kenapa masih bersikukuh menjadi relawan?

Hampir 21 tahun saya bernapas di bumi, banyak jatuh dan bangun yang seyogyanya manusia hidup pasti mengalaminya. Ketika berteriak tak didengar, berjalan tak disapa, senyum tak dibalas dan air mata menjadi bahan tawa. Menengadah di sepertiga malam menjadi waktu curhatan hati. Jauh di desa saya berasal hingga sekarang ibukota menjadi saksi terwujudnya "pelampiasan" ini.
Dua minggu yang lalu saya pulang ke kampung halaman. Tiga hari saya habiskan berdiam diri di rumah selain silaturahim ke sekolah kemudian pergi ke tempat lain. Menjadi trauma tersendiri ketika keluar rumah. Saya harus menjaga kepribadian yang sopan dan santun bak perempuan Jawa yang harus ajeg dengan tata krama. Saya memilih menjadi perempuan polos yang seolah-olah tak tau apa-apa. Yang saya tanamkan dalam benakku saat itu bagaimana saya bisa mengubah status keluarga menjadi lebih baik dan mengangkat derajat dunia akhirat.

Tapi apalah daya, saya selalu merasa bahwa saya masih 'anak kecil' yang susah sekali untuk didengarkan yang harus menghapus rasa benci didetik itu juga. Namun menjadi momen yang sangat mengajarkan untuk bersyukur karena hal ini yang menumbuhkan keberanian dalam hati.

Asumsi orang terkadang meracuni pikiran. Dikira mereka di tanah rantau saya berleha-leha setiap harinya, tak memikirkan orang tua bahkan terbesit tuk pulang ke kampung halaman. Bahkan jika mereka mengetahui hal yang sebenarnya saya harus mencari recehan untuk pulang kampung dan kembali ke tanah rantauan. 'Ahh, tapi ini sudah wajar tuk dilakukan perempuan desa yang pergi dan harus kembali dengan segala kemandirian'.

Saya kembali ke tanah rantau, berharap dengan senyuman namun ternyata masih saja ada air mata.

------------------------------------

Tenang dan damai...

Ketika mempunyai masalah mendekatlah kepada Sang Pemilik solusi dari masalah tersebut.
Apa kabar beasiswa?
Topangan makan sehari-hariku dari uang beasiswa. Sadis, 44 mahasiswa di kampus saya belum cair uang beasiswanya. Saya makan bagaimana? Foto kopi buku? Komitmen di kegiatan sosial yang saya ikuti?
saya ikut kepenulisan dan apply beberapa lowongan freelance semua ditolak. Mungkin saya terlalu gegabah saat itu. Sikap introvert menuntut untuk segera menyelesaikan kemudian menceritakan. Sepertiga malam menjadi saat saya banjir air mata dan berdo'a

"Ya Allah, engkau Sang Pemberi rejeki kepada hambamu. Saya kuliah niat untuk belajar bekal dunia akhirat dan bermanfaat bagi bangsa, agama. Hamba tidak mau menyusahkan apalagi menambah beban orang tua dengan hamba kuliah. Hamba berusaha mencari beasiswa dan alhamdulillah dapat namun saat ini belum cair. Hamba ikhlas dan terimakasih kepada-Mu karena selalu memberi kesempatan mencari solusi. Semoga disegerakan hamba menemui solusi untuk topangan makan sehari-hari juga pendukung kegiatan sosial hamba."

...... Dan keajaiban itu kembali terjadi.

Ajaib! H+2 setelah saya berdo'a, Allah langsung mengabulkan. Ada malaikat yang dikirimnya ke bumi dan meminta saya untuk membantu sebuah usaha yang beliau rintis. Tanpa CV, tanpa essay, bahkan saya belum mengenal beliau. Kemudian kita bertemu dan bercerita. Semua apa adanya, saya menceritakan apa yang saya mampu untuk lakukan namun saya memiliki banyak catatan untuk upgrade banyak kemampuan lain. Syukron kepada Allah SWT, benar ternyata ketika hati tenang, fokus solusi, perbaiki niat dan kepribadian segala dipermudah oleh-Nya. Beliau memberi kesempatan saya untuk belajar dengan bergabung di usaha yang beliau rintis. Menjadi bekal ilmu untuk saya menjadi pengusaha.

------------------------------------

1. Senyumin aja
2. Jika ada tawaran kerja, ambilah
3. Perempuan harus mandiri
4. Kamu sudah dewasa sekarang
5. Tidak ada orang tua yang membenci anaknya, kamu akan tahu ketika kamu menjadi ibu kelak

Beberapa pesan yang saya rangkum dalam benak pikiran dari guru SMP yang sudah seperti ibu sendiri. Silaturahim ke SMP memberikan kebahagiaan tersendiri. Saya sangat diterima dengan baik dan sangat luar biasa para guru masih ingat dengan budaya sholawat setiap pagi yang saya pimpin dalam kelas.

"Selau perbaiki akhlak, ndok. Karena pintar saja tidak cukup. Jangan lupa ucapkan istighfar dan sholwat setiap perjalanan. Ucapkan dalam hati saja, InsyaAllah mampu menjadi obat. Membaca al-qur'an jadikan sebagai budaya sehari-hari" pesan bapak kepala sekolah.

Wejangan-wejangan dari para orang tua SMP tersebut saya endapkan selalu dan mulai saya aplikasikan sebagai 'bayaran' suatu perbaikan diri.
Perjalanan dari kampung ke Jakarta berasa lega meskipun ada air mata namun hati terus bersholawat.

Dan keajaiban itu kembali terjadi.....

-------------------------
Dibayarpun tidak, dihargai belum tentu, dicaci bahkan menjadi sapaan harian. Lantas kenapa masih bersikukuh menjadi relawan?
Bukan bayaran yang menjadi harga, bukan penghargaan dari orang lain yang dicari, bukan cacian yang membuat kita lantas menjadi sendiri. Kenapa bersikukuh menjadi relawan, karena keajaiban bersamanya.


Depok, 14 Februari 2016


Sayap kecil

Monday 11 January 2016

@anropika Akun Baru di Instagram

Alhamdulillah, InsyaAllah berkah.


Beberapa pekan yang lalu saya (baru) membuat akun saya di instagram @anropika.
Harapan saya semoga akun tersebut bisa menjadi wadah berbagi pengalaman dan memberikan motivasi kepada para teman untuk berbagi dan menyambung silaturahim.

Silakan bagi teman yang ingin menambahan @anropika sebagai teman di instagram.

Salam,

sayap kecil

Jangan Lupa Bahagia

Jangan lupa bahagia..
😊
Saya percaya meskipun kelihatannya sulit untuk dipecahkan namun seringkali kenyataan lebih indah jika dihadapi. Dunia imajinasi memang menghibur, namun hanya tenggelam didalamnya tak baik karena bisa-bisa malah menyakitkan.


Hallo sayap kecilku, apa kabar?
lama aku tak melukiskan kata disayapmu. Kini sembari aku ingin mengabarkan bahwa aku bahagia, aku ingin memberikan energi baru untukmu.


Jangan lupa bahagia. 😊

Taman Bahagia, Garut 31 Desember 2015




Bagaimana untuk selanjutnya?

Bagaimana untuk selanjutnya?

'Hibernasi' selama ini yang aku jalani menjadi sebuah renungan dan masa mengendapkan segala yang aku jalani. Ketulusan dan niat untuk menggapai ridho-Nya selalu terlaksana, itulah harapanku. Apalagi dunia jahiliyah masa kini sangat menggerus nilai kebaikan. Lingkunganku terdiri dari berbagai macam, mengatakan idealisme masing-masing dan menganggapnya menjadi sebuah kebenaran. Aku berkelana dan tanpa mengurangi rasa menghargai dan menghormati perbedaan. Sempat terbesit dalam pikiran untuk meninggalkan semua. Namun, aku percaya damai akan menjadi lebih indah. Mereka adalah sahabat saya, namun kita memiliki sudut pandang dalam meyakini Tuhan masing-masing.

Dalam diam aku berusaha memberikan rasa cintaku kepada sesama dengan adil

Bagaimana untuk selanjutnya

Jakarta, 12 Januari 2016