Friday 25 September 2015

Hingga Aku Mati Rasa

Sempat beberapa bulan terakhir aku mengalami perasaan yang teramat membuatku menjadi perempuan yang sangat beruntung, namun disisi lain aku mengalami kekacauan dalam hati dan diriku.
"Aku tidak ingin kamu menikah dengan perempuan lain, jika kau bertanya apa mauku itu jawabannya. Namun jawabanku terkesan egois bukan? Maafkan aku, dua tahun belakangan ini aku jatuh cinta padamu"


Kehadiran lelaki itu datang disaat aku jatuh dalam kehidupan. Kehadirannya membuatku menjadi cinta pada diriku sendiri, menyadari bahwa cinta yang membawa ilusi menghantarkan ku dan aku jatuh cinta padanya. Perasaan dan hati singgah, yang sebelumnya tertutup erat-erat. Apalah, aku pikir aku hanya terlibat dalam drama cinta abal-abal. Awalnya seperti itu. Naun ternyata, jatuh cinta memang cara yang paling mudah dan mengalir untuk bunuh diri. Hingga akhirnya aku selalu menempatkan diriku di dekat orang-orang. Namun saat ini aku sendiri. Air mataku tak terbendung lagi. Tugas kuliah, komunitas, organisasi yang di dalamnya terdapat tanggung jawabku aku tak berani mengatur kembali. Aku takut akan waktu. Waktu terus berjalan. Ketika aku ingat waktu ternyata mendekati akhir tahun kemudian tahun depan. Katanya dia mah menikah. Perasaanku tercabik-cabik. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya ingin sendiri akhir-akhir ini. Anehnya aku mulai mati rasa ketika hidup aku berantakan. Aku mendekatkan diri kepada Sang Kholiq. Apalah daya, selalu hadir sosok laki-laki itu ketika tidur. Mimpi buruk,dia menikah. Ya Tuhan, kenapa aku menjadi lemah begini. Aku tak ngerti dan tak paham bahkan dengan diriku sendiri. Aku menjadi pendiam. Aku mencoba profesional, tapi ternyata aku menuntut diriku menjadi robot. Ya, aku mati rasa.
can you imagine that, a man that already being a part of your life, a man that you dreaming for liffe ahead. Ya Tuhan jika cinta memang harus diperjuangkan, aku tak mampu untuk memperjuangkan cinta ini. Aku sakit namun aku tak merasakan. Jika aku memperjuangkan, kasihan laki-laki itu, he has his rights to choosr his future wife.


Aku mau pergi, tapi tidak bisa. Kata sahabat, jangan biarkan hati mengontrol pikiran disaat seperti ini. Namun aku sekarang sangat tak berdaya, apalagi ketika orang-orang menyebut namanya didepanku. Ingin rasanya aku pergi dan sendiri, dan sering aku terngiang ingin pingsan.
aku belum menemukan solusi, aku harus bagaimana. Love comes naturally, dan aku hanya bisa memperbaiki diri. Aku serahkan pada-Mu. Tak ada masalah yang tak bisa dipecahkan, dan Kau hadirkan masalah beserta solusi. Aku hanya perempuan yang memiliki mimpi dan modal belajar untuk memperbaiki diri, untuk menjadi khalifah di muka bumi dan untuk menjadi ibu yang baik atas titipan-Mu kelak.


aku masih belum tahu, aku harus bagaimana. Aku masih diam...

No comments:

Post a Comment