Thursday, 9 July 2015

“Terima Ndok, 300 ribu hasil keringat bapak”

Sekitar sebulan yang lalu, aku menapaki kembali ibukota setelah sebelumnya di Jatinangor melewati masa UAS semester 2. Seiring berjalannya waktu seiring tumbuh dan berkembangnya diriku, aku ingin menjadi perempuan yang lebih mandiri. Sudah tidak lagi aku memikirkan bagaimana keluarga bisa menghidupi keadaanku, karena pun mereka untuk makan dan kebutuhan sehari-haripun sangat alhamdulillah ketika sudah bisa terpenuhi. Menjadi cita-cita bagi saya, untuk bisa menafkahi dan memberi sebanyak-banyaknya untuk keluarga.

Aku pernah menyesal punya bapak. Belum ada 3 tahun belakangan ini di tanah rantauan aku mulai merasakan indahnya memaafkan dan indahnya memiliki seorang bapak. Bagaimana tidak, bapak menafkahi anaknya dengan hasil jualan togel dan berjudi. Masa kecilku banyak teman-teman dan tetangga yang mengucilkan aku karena pekerjaan bapak. Bahkan sudah menjadi keseharianku mencium bau minuman keras di rumah, membersihkan muntahan bapak di pagi hari, merendam cucian yang sangat bau pula. Maka dari itu aku berjuang keras belajar untuk menjadi anak berprestasi agar bisa mengangkat nama baik keluarga. Buku-buku di rumah yang saat ini tersimpan baik di lemari menjadi saksi perjuangan dan teman terbaik ketika aku sindiri di rumah.

Hati bapak sangat berbanding balik dengan pekerjaan yang sempat dijalaninya selama belasan tahun itu. Bapak mengajarkan saya makna cinta, bahwa mencintai tak sekedar tentang kelebihan tapi juga mencintai kelemahan dan kita hadir untuk melengkapi cinta itu.

I am not ashamed to say that  no man I ever met was my father’s equal, and I never loved any other man as much. Love you Bapak… Akulah anak perempuan semata wayangmu yang akan menjadi kebanggaanmu.

Kisah satu bulan yang lalu, baru aku rasakan keharuannya...

Tak terasa ketika ingat bapak dan ketulusan beliau untuk anak perempuan semata wayangnya ini air mataku menetes. Bapak menjadi semangat juangku, dan aku menjadi semangat juang bapak.

Kisah satu bulan yang lalu, baru aku rasakan keharuannya...

Bapak transfer uang 300 ribu melalui rekening temannya, karena bapak tidak punya rekening di rumah. Sempat mengkhawatirkan uang itu dari perjudian kembali, kemudian bapak telfon dan bilang kalau bapak sudah mendapatkan pekerjaan dari pak Lurah untuk bantu renovasi rumah pak Lurah. Aku tau itu pekerjaan hanya sebentar, dan beberapa hari juga akan selesai. The story and the reason behind that job, indeed he did it for me, her far away daughter. As he also never ending to echoing my name proudly to people’s village. Dan “Terima ndok, 300 ribu hasil keringat bapak”

Aku tidak akan pernah bisa mendeskripsikan kasih sayang bapak ke anaknya, kasih sayang orang tua hingga aku menjadi orang tua, ya menjadi seorang ibu kelak..

Terimakasih Tuhan, aku memiliki bapak yang menerimaku apa adanya. Meskipun aku bukan anak kandungnya, tapi tak kurang dari utuh dan tulus yang beliau berikan. Skenario-Mu begitu indah kurasakan. Do’aku kemudian,aku ingin merasakan sholat bersama bapak, ya aku ingin mengajarkan bapak untuk sholat. Aamiin 

4 comments:

  1. Tulisanmu selalu memberikan cermin buat pembaca pi. Menarik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih bang :) Pika mencoba menerjemahkan apa yang dari hati Pika, setelah menulis Pika merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Alhamdulillah jika bisa menjadi cermin bagi yang membaca.

      Delete
  2. Ropekkk T.T

    You are strong girl.. smg cita2 n doa2mu diijabahi gusti Allah.. semangat.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ellyza... Makasihh yaa. You are strong girl too! ^^ Aamiin YRA.

      Delete