Thursday 14 May 2015

Aku Belajar dan Akan Terus Belajar

Usiaku kini memasuki usia dewasa...
Selama 20 tahun ini banyak hadiah yang aku peroleh, hadiah bertemu orang-orang hebat yang selalu menginspirasi dan memberiku semangat untuk menggapai mimpi, hadiah dari kesalahan yang aku perbuat yang kemudian aku mengambil hikmah dan menjadi tamparan untuk aku agar selalu mau belajar dan memperbaiki diri.
Di kepala dua ini aku ingin lebih menjadi pribadi yang bijak dalam menghadapai cobaan dan tantangan hidup, semangat menggapai mimpi dan berhasil menuju ridho-Nya. Aku ingin kembali memeluk keluargaku, memberi perhatian dan cinta yang seharusnya aku berikan sejak kala itu. Namun, kurasa aku belum terlambat. Keluargaku memang sederhana, namun semangat dan cinta kasih yang mereka berikan kepadaku amat mahal.
Sejenak kuingat masa kecilku di kampung halaman, Magetan. Aku pernah jualan untuk membeli sepeda. Sebenarnya kalau itu aku sudah memiliki sepeda namun kecil karena keterbatasan biaya untuk membeli. Sepeda itu aku kayuh tiap hari dan sepeda itu menjadi sahabat baikku yang selalu menemani hari-harinya berangkat ke sekolah, menuntut ilmu dan menggapai mimpi. Uang jajan sehari-hari aku tabung dan membantu ibuk jualan es lilin juga jajanan kecil yang aku jual di sekolah dan di TPA. Latar belakang keluargaku sederhana, ayahku kala itu adalah penjual togel, dan maaf tak sepantasnya aku bilang begini namun ini yang aku alami. Ayahku memang seperti itu, jika aku bicara tentang ayah mungkin tetanggaku mengetahui lebih tentang segala kelemahan dan kekurangan yang dimiliki ayahku. Namun, ayahku adalah pahlawan yang sangat baik. Teman  bergurau dan curhat sambil menikmati terbenamnya matahari, juga teman ngopi di pagi hari usai aku beres-beres rumah dan masak bersama ibu. Aku rindu kenangan masa kecilku itu.
Ketika SMA aku pergi meninggalakn rumah yang beralaskan tanah itu ke kota orang lain, Malang yang berada di Jawa Timur. Itulah awal mulanya aku merasakan keajaiban hidup, bahwa gadis sepertiku bisa dan berani pergi jauh. Alasannya karena aku punya mimpi yang harus aku perjuangkan. Sejujurnya di SMA yang menurutku mewah itu aku merasa paling kampungan. Mengobati rasa minder tidak mudah olehku. Dan ditambah cobaan, berita buruk yang menimpa keluargaku ketika aku mendengar ayahku masuk penjara. Aku pulang dan kulihat rumahku tak beralaskan tanah lagi, syukur alhamdulillah pemerintah membantu memperbaiki bangunan rumahku, rumah ayah dan ibuku. Aku ingin minta maaf kepada ibu, seringkali aku malu membawa teman ke rumah karena rumahku jelek. Ibu, maafkan anakmu belum pandai bersyukur. Ya, aku ingin membawa teman-temanku main ke rumah agar ibu melihat aku sekarang memiliki teman banyak di tanah rantauan Teman yang hebat yang berani mimpi besar dan berusaha kerja keras untuk mencapainya.
Perjalanan kehidupan membantu aku membuka mata hati dan pikiranku, bahwa masih banyak diluar sana yang belum seberuntung kita.
Usai SMA aku lanjut menghilangkan diri ke ibukota. Kala itu aku agak stress, karena aku gagal tes asih perguruan tinggi, sempat kena pelecehan seksual di Surabaya oleh om sendiri (namun aku memaafkannya karena aku memaafkan masa laluku) , ayah ibuk di Magetan kala itu hampir urus surat penceraian karena kendala biaya akhirnya tidak jadi cerai, ayah ibuk di Magetan membisu satu sama lain, aku pergi ke rumah Blora mengurung diri di kamar sambil menangis yang kebetulan disana susah sinyal.
Aku pergi ke ibukota, aku bersama keluarga kandungku. Aku bekerja mencari uang, mengenakan kemeja dan wedges setiap harinya kemudian ke kantor. Ya, aku termasuk orang yang beruntung bisa kerja ditempat adem meskipun aku sering kedinginan di kantor. Sayangnya, mimpi menghantuiku. Aku resign dari kantor dan kembali aku ingin bersekolah.
Baru sejak aku lulus sekolah dan menghilangkan diri ke Jakarta, aku menemukan seorang teman yang senantiasa mau menjadi pendengarku, yang saat ini hatiku berlabuh kepadanya.
Sekarang, aku tinggal di Sumedang.Aku berkomitmen kepada diri sendiri akan selalu terus belajar. Masa lalu menyakitkan, namun modal bagiku untuk terus berlari mengejar mimpiku. Dalam bulan ini, adikku di Blora akan melahirkan. Sakit, ketika aku mendengar dia ya begitulah, tak sanggup aku cerita disini. Bulan ini sepupu perempuanku di Puncak menikah. Aku mau bilang sebenarnya aku sedih melihat keadaan keluarga seperti ini. Putus sekolah kemudian memilih menikah. Aku pun kecewa pada diriku sendiri, aku tak mampu membimbing adik2ku, tak berada disampingnya disaat mereka butuh, dan aku pergi dan selalu pergi.
Aku belajar dan akan terus belajar...
Hanya satu yang aku inginkan, aku igin terus berusaha memperbaiki diri. Bukan dendam masa lalu yang menjadi modal, melainkan cinta yang kuhadirkan senantiasa.
Sementara... aku sangat menyayangi perjalanan kehidupan ini, aku adalah perempuan yang paling beruntung. Terimakasih Tuhan

No comments:

Post a Comment