So guess..
What gotta I write now ?
Sebenarnya suatu hal yang sangat kutakuti ketika aku sadar posisi raga dana jiwaku yang 'terdampar' saat ini. Dengan keadaan yang masih tak bisa aku menyangkalnya ketika memori-memori masa lalu kembali terungkap. Bahkan sebagian masa lalu yang ingin aku ubah haluannya sedikit demi sedikit itu membuatku semakin tak berdaya karena tak kunjung membuahkan hasil. Ingin rasanya aku berteriak karena aku merasakan rintihan dalam hati ini yang seolah-olah aku mengatakan aku sendiri melangkah di kehidupan yang kejam ini dan aku diambang putus asa.
Apa kesibukanku akhir-akhir ini ?
Aku sibuk mendekatkan diri kepada Sang Ilahi. Meraungi amanah kehidupan yang seharusnya aku jalani saat ini. Namun hanya sebagaian kecil yang aku jalani.
Sebenarnya ini berkaitan erat dengan kerinduan bapak dan ibuk di Magetan, beserta panjatan do'a yang muncul disetiap hela napas usai sholat. Wajah polos ini masih berusaha memberikan sinar senyum dengan imutnya meskipun batin mengoyak seketika ketika aku melihat betapa bahagia teman-teman dengan orang tuanya yang begitu siap dan setia mendukungnya dalam setiap langkah meraih cita dan cinta mereka. Sedangkan aku sudah terbiasa menjalani dan berjalan sendiri dalam menggapai asa. Sejujurnya aku iri dengan mereka, mereka yang selalu diperhatiin dengan orang tua mereka, selalu diingatkan dengan segala petuah dan nasihat yang menjadi bimbingan mereka, juga selalu diberikan berbagai fasilitas sebagai salah satu bentuk kasih sayang orang tua ke mereka.
Pengalamanku tidak begitu banyak dalam menyelami kehidupan. Baru segelintir yang aku kenal dan sering kali aku melakukan kesalahan hingga tak jarang aku menghukum diriku sendiri sebagai bentuk jera dan evaluasi untuk yang lebih baik. Ambisiku memang besar karena aku tidak mau perjuanganku biasa-biasa saja untuk meraih mimpiku yang tak terbatas itu. Mengintip dunia ini berhasil membuatku sontak dan terkejut hingga kemudian aku mencoba bangkit dan tidak menundukkan kepala lagi untuk mencari jati diri dan menciptakan nasib itu. Aku bukan lari dari kenyataan, tapi aku mencari kenyataan menurut versiku sendiri. Aku percaya kehidupan yang berakhir indah tidak hanya ada di dalam dunia dongeng. Namun aku akan membuktikannya suatu hari nanti kehidupanku akan berakhir lebih indah dibandingan dunia dongeng.
Katanya keadaan lingkungan kita menjadi faktor yang penting untuk memilih dan mengambil keputusan kemudian menjalaninya. Karena aku memang keras kepala, aku berani bilang kalau sebenarnya aku tidak suka dengan keadaan kampung halamanku di Magetan. Jujur saja, aku merasa terisolasi dan dikucilkan di kampung hanya karena keadaan orang tuaku saat ini. Maaf aku menulisnya disini, karena aku tidak mau hidupku terus-terusan sepeti dalam persembunyian. Aku ingin bebas dan bahagia. Orang tuaku saat ini sudah tidak hamonis kembali. Ibuk sudah memiliki pacar barunya dan aku sempat dikenalkan ke pacara barunya itu. Kemudian bapak yang telah menjadi seorang nara pidana. Bapak yang sangat aku sayang. Bapak yang sangat berkorban besar di pertumbuhan dan pendidikanku.
What gotta I write now ?
Sebenarnya suatu hal yang sangat kutakuti ketika aku sadar posisi raga dana jiwaku yang 'terdampar' saat ini. Dengan keadaan yang masih tak bisa aku menyangkalnya ketika memori-memori masa lalu kembali terungkap. Bahkan sebagian masa lalu yang ingin aku ubah haluannya sedikit demi sedikit itu membuatku semakin tak berdaya karena tak kunjung membuahkan hasil. Ingin rasanya aku berteriak karena aku merasakan rintihan dalam hati ini yang seolah-olah aku mengatakan aku sendiri melangkah di kehidupan yang kejam ini dan aku diambang putus asa.
Apa kesibukanku akhir-akhir ini ?
Aku sibuk mendekatkan diri kepada Sang Ilahi. Meraungi amanah kehidupan yang seharusnya aku jalani saat ini. Namun hanya sebagaian kecil yang aku jalani.
Sebenarnya ini berkaitan erat dengan kerinduan bapak dan ibuk di Magetan, beserta panjatan do'a yang muncul disetiap hela napas usai sholat. Wajah polos ini masih berusaha memberikan sinar senyum dengan imutnya meskipun batin mengoyak seketika ketika aku melihat betapa bahagia teman-teman dengan orang tuanya yang begitu siap dan setia mendukungnya dalam setiap langkah meraih cita dan cinta mereka. Sedangkan aku sudah terbiasa menjalani dan berjalan sendiri dalam menggapai asa. Sejujurnya aku iri dengan mereka, mereka yang selalu diperhatiin dengan orang tua mereka, selalu diingatkan dengan segala petuah dan nasihat yang menjadi bimbingan mereka, juga selalu diberikan berbagai fasilitas sebagai salah satu bentuk kasih sayang orang tua ke mereka.
Pengalamanku tidak begitu banyak dalam menyelami kehidupan. Baru segelintir yang aku kenal dan sering kali aku melakukan kesalahan hingga tak jarang aku menghukum diriku sendiri sebagai bentuk jera dan evaluasi untuk yang lebih baik. Ambisiku memang besar karena aku tidak mau perjuanganku biasa-biasa saja untuk meraih mimpiku yang tak terbatas itu. Mengintip dunia ini berhasil membuatku sontak dan terkejut hingga kemudian aku mencoba bangkit dan tidak menundukkan kepala lagi untuk mencari jati diri dan menciptakan nasib itu. Aku bukan lari dari kenyataan, tapi aku mencari kenyataan menurut versiku sendiri. Aku percaya kehidupan yang berakhir indah tidak hanya ada di dalam dunia dongeng. Namun aku akan membuktikannya suatu hari nanti kehidupanku akan berakhir lebih indah dibandingan dunia dongeng.
Katanya keadaan lingkungan kita menjadi faktor yang penting untuk memilih dan mengambil keputusan kemudian menjalaninya. Karena aku memang keras kepala, aku berani bilang kalau sebenarnya aku tidak suka dengan keadaan kampung halamanku di Magetan. Jujur saja, aku merasa terisolasi dan dikucilkan di kampung hanya karena keadaan orang tuaku saat ini. Maaf aku menulisnya disini, karena aku tidak mau hidupku terus-terusan sepeti dalam persembunyian. Aku ingin bebas dan bahagia. Orang tuaku saat ini sudah tidak hamonis kembali. Ibuk sudah memiliki pacar barunya dan aku sempat dikenalkan ke pacara barunya itu. Kemudian bapak yang telah menjadi seorang nara pidana. Bapak yang sangat aku sayang. Bapak yang sangat berkorban besar di pertumbuhan dan pendidikanku.
No comments:
Post a Comment